TEORI BILANGAN
”CHINESE REMAINDER THEOREM”
M A K A L A H
Disusun oleh :
v M.
Farhan Muzaky 063141111005
v Muplih 063141111007
v Asep
M. Misbahudin 063141111019
Pendidikan
Matematika
Universitas
Muhammadiyah Sukabumi (UMMI), Sukabumi
2012
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat ALLAH SWT.,
karena dengan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan Makalah ini.
Maksud dan tujuan dari pembuatan Makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah “Teori Bilangan”.
Dengan segala kerendahan hati, kami menyampaikan terima
kasih kepada para pihak yang terkait dalam pembuatan Makalah ini, diantaranya kepada :
1.
Ibu Rahmi Latifah, selaku dosen Mata Kuliah “Teori
Bilangan”.
2.
Kedua Orangtua
penyusun, yang selalu memberikan do’a dan motifasinya kepada penyusun.
3.
Teman-teman dan kepada pihak lain yang telah memeberikan bantuannya dalam pembuatan Makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa Makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang
bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga
Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Sukabumi, 28 Juni 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab I 1
Pendahuluan 1
1.1.
Umum 1
Bab II 3
Pembahasan 3
2.1. Teorema
Sisa Cina (Chinese Remainder Theorem) 3
2.1.1. Teorema Sisa
Cina 3
2.1.2. Penggunaan
Teorema Sisa Cina 4
Bab III 12
Penutup 12
3.1.Kesimpulan 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Umum
Konsep perhitungan matematika telah berkembang sejak jaman
Mesir kuno, Mesopotamia, dan Yunani. Menurut Prof. Marcus Du Sautoy Tembok
Besar Cina adalah prestasi luar biasa dari teknik pembangunan. Setelah mereka
mulai membangun, orang Cina mulai menyadari bahwa mereka harus membuat
perhitungan tentang jarak, sudut elevansi, dan jumlah material. Ketika seorang
matematikawan ingin meghitung penjumlahan maka mereka menggunakan batang bambu
kecil. Batang itu disusun untuk mewakili angka satu sampai sembilan, kemudian
angka-angka tersebut di tempatkan dalam kolom dimana setiap kolom mewakili
satuan, puluhan, ratusan dan ribuan. Misalnya 924 diwakili dengan meletakkan 4
pada satuan, 2 pada puluhan, 9 pada ratusan. Inilah yang disebut sistem nilai
desimal. Namun Cina belum memiliki simbol untuk nol. Saat menggunakan batang
untuk menghitung, mereka menggunakan ruang kosong untuk membangkan angka nol.
Mereka memiliki kepercayaan bahwa angka memiliki kekuatan mistis. Angka ganjil
dianggap sebagai laki-laki dan angka genap dianggap sebagai perempuan. Dan
angka delapan dianggap sebagai angka keberuntungan.
Pada tahun 1809, ketika menganalisis batu yang
disebut Pallas, Carl Friedrich Gauss menemukan kembali metode Cina yang
telah ada sejak dulu yang dikenal dengan teorema sisa Cina. Contohnya, seorang
wanita di pasar memiliki nampan telur, tapi ia tidak tau berapa jumlah telur
yang dimiliki. Bila telur disusun dalam deret tiga, maka akan sisa satu. Bila
disusun dalam deret lima maka akan sisa dua. Dan bila disusun dalam deret tujuh
akan sisa tiga. Kemudian orang Cina dapat menemukan cara sistematis untuk
menghitung bahwa jumlah telur dalam nampan sebanyak 52.
Pada abad ke-6, Teorema Sisa Cina telah digunakan
dalam astronomi Cina kuno untuk mengukur pergerakan planet. Matematikawan yang
terkenal adalah Qin Juishao. Beliau adalah seorang administator kekaisaran yang
berulang kali dipecat karena menggelapkan uang pemerintahan. Namun beliau
memiliki prestasi, yaitu beliau menemukan cara untuk memecahkan persamaan
kubik. Dan pada abad ke-17 Isaac Newton datang dengan metode pendekatan yang
sangat mirip.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Teorema Sisa Cina (Chinese Remainder
Theorem)
2.1.1. Teorema Sisa Cina
Bentuk asli dari teorema ini, seperti
terdapat dalam buku yang ditulis oleh ahli matematika dari Cina Qin Jiushao dan diterbitkan pada tahun 1247, adalah suatu pernyataan tentang kongruensi
simultan (lihat aritmatika modular).
Misalkan n1, ..., nk
adalah bilangan bulat positif yang setiap pasangnya adalah koprima (yang artinya FPB (ni, nj)
= 1 untuk setiap i ≠ j). Maka, untuk setiap bilangan bulat a1,
..., ak, selalu ada bilangan bulat x yang merupakan
penyelesaian dari sistem kongruensi simultan
Dalam pemrograman pada sebuah computer
(misal, pada Borland C), dapat kita
lihat Pseudocode "subtitle" seperti berikut :
x_solves_it=true;
for (i= 1; i
<= k; i++)
if
(x % n[i] != a[i] % n[i])
x_solves_it=false;
Terlebih lagi, semua penyelesaian x
dari sistem ini adalah juga kongruen modulo dari perkalian n = n1...nk.
Suatu penyelesaian x dapat
ditemukan dengan cara sebagai berikut. Untuk setiap i, bilangan bulat ni
dan n/ni adalah koprima, dan menggunakan ekstensi algoritma Euklidean kita dapat menemukan bilangan bulat r
dan s sehingga r ni + s n/ni
= 1. Jika kita menentukan ei = s n/ni,
maka kita dapat :
untuk j ≠ I : for (i= 1; i <= k; i++)
{r, s}= ExtendedEuclid( n[i], n /
n[i] );
e[i]= s * n / n[i];
for (j= 1; j <= k; j++)
if
(j != i)
assert( e[i] % n[i] == 1 && e[i] %
n[j] == 0 );
Penyelesaian dari sistem kongruensi simultan
ini adalah
For (i= 1; i
<= k; i++)
x
+= a[i] * e[i];
Sebagai contoh, misalkan kita ingin
menemukan suatu bilangan bulat x sehingga,
x % 3 == 2 % 3 && x % 4 == 3 % 4
&& x % 5 == 2 % 5
Menggunakan ekstensi algoritma Euklidean untuk 3 dan 4×5
= 20, kita memperoleh (-13) × 3 + 2 × 20 = 1, di mana e1 = 40
(e[1] == 40). Menggunakan algoritma Euklidean untuk 4 dan 3×5 = 15, kita
memperoleh (-11) × 4 + 3 × 15 = 1. Oleh karena itu, e2 = 45 (e[2]
== 45). Akhirnya, menggunakan algoritma Euklidean untukr 5 dan 3×4 = 12,
kita memperoleh 5 × 5 + (-2) × 12 = 1, yang berarti e3 = -24 (e[3]
== -24). Jadi, penyelesaian x adalah 2 × 40 + 3 × 45 + 2 × (-24) =
167. Semua penyelesaian yang lain adalah kongruen 167 modulo 60, yang berarti
bahwa mereka semua kongruen 47 modulo 60.
Kadangkala, sistem kongruensi simultan
dapat diselesaikan sekalipun ni (n[i]) setiap
pasangnya tidak selalu koprima. Syarat-syarat yang lebih tepat adalah sebagai
berikut : sistem mempunyai penyelesaian x jika dan hanya jika ai
≡ aj (mod fpb(ni, nj))
(a[i] == a[j] % gcd(n[i], n[j])) untuk semua i dan j. Semua
penyelesaian x adalah kongruen modulo kelipatan persekutuan terkecil dari ni
(n[i]).
Dengan menggunakan metode substitusi, kita seringkali bisa menemukan
penyelesaian dari sistem kongruensi simultan, sekalipun setiap pasang
modulusnya tidak selalu koprima.
2.1.2. Penggunaan Teorema Sisa Cina
Tercatat
dalam literatur Cina, pada abad pertama Sun-Tsu mengajukan sebuah permasalahan
seperti berikut, “Tentukan bilangan yang
memberikan sisa 2, 3, 2 ketika dibagi oleh 3, 5, dan 7!!”. Untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan menggunakan
Teorema Sisa Cina.
Teorema Sisa Cina
:
Misalkan n1, n2,
n3, ... , nr bilangan bulat positif sedemikian sehingga FPB (ni, nj) = 1, untuk
i.j.
Sistem Kongruensi
Linier x =a1 (mod n1)
x =a2 (mod n2)
x =a3 (mod n3)
.
.
.
x =ar (mod nr)
memiliki solusi
yang unik dengan modulo n1 x n2 x n3 x ... x nr.
Contoh 1
:
Permasalahan yang
diberikan oleh Sun-Tsu berkorespondensi dengan tiga sistem kongruen
Berikut :
x =2 (mod 3)
x =3 (mod 5)
x =2 (mod 7)
untuk
menyelesaikan permasalahan di atas, digunakan Teorema Sisa Cina.
Penyelesaian :
Cara I :
·
Langkah I
: Identifikasi unsur yang diketahui.
a1= 2, a2 =
3, dan a3 = 2
n1 = 3, n2 =
5, dan n3= 7
·
Langkah II
: Cari nilai n dengan rumus n = n1 x n2 x n3 x ... x nr
Jadi, n = n1 x n2 x n3 = 3 x 5 x 7 = 105.
·
Langkah III
: Cari nilai Nk untuk k = 1, 2, 3
dengan rumus Nk = .
N1 = 35, N2
= 21, N3 = 15.
·
Langkah IV
: Cari nilai xk, dari kongruensi linier Nkxk = 1 (mod nk), dengan k = 1, 2, 3.
Jadi,
N1x1 = 1 (mod
n1). 35x1 = 1 (mod 3). x1 = 2
N2x2 = 1 (mod
n2). 21x2 = 1 (mod 5). x2 = 1
N3x3 = 1 (mod
n3). 35x3 = 1 (mod 3). x3 = 1
·
Langkah V
: Tentukan solusi dari sistem yang diberikan dengan rumus,
= a1N1xk + a2N2x2 + ... + arNrxr modulo n,
untuk k = 1, 2, ... , r
Sehingga diperoleh solusi :
= a1N1xk + a2N2x2 + a3N3x3
= 2 x 35 x 2 + 3 X 21 X 1 + 2 X 15 X 1
= 233.
modulo 105
Jadi, solusi unik
dari sistem kongruensi yang diberikan : x = 233 =23 (mod 105).
Cara II
:
Untuk
menyelesaikan permasalahan Sun-Tsu dapat diselesaikan dengan teorema sisa cina,
dengan langkah berikut.
·
Langkah I
:
Tuliskan unsur
yang diketahui.
x =2 (mod 3)
x =3 (mod 5)
x =2 (mod 7)
·
Langkah II
:
Pilih salah satu
persamaan kongruensi, misalkan x = 2 (mod 3) kemudian rubah dalam definisi.
Catatan, pilih persamaan kongruensi yang bentuknya paling sederhana. Hal ini
untuk mempermudah pengerjaan. Sehingga diperoleh, x = 2 (mod 3) .x = 2 + 3p,
dengan p .Z.
·
Langkah III
:
Substitusikan x =
2 + 3p ke persamaan kongruensi kedua yakni x = 3 (mod 5).
Sehingga
diperoleh,
2 + 3p = 3 (mod
5)
3p = 1 (mod 5)
3p = 1 (mod 5),
dan
2 = 2 (mod 5)
6p = 2 (mod 5)
p = 2 (mod 5)
Berdasarkan
definisi,
p = 2 (mod 5)
p = 2 + 5q,
dengan q .Z.
·
Langkah IV
:
Substitusikan p =
2 + 5q ke persamaan x = 2 + 3p.
Sehingga
diperoleh, x = 2 + 3p = 2 + 3(2 + 5q) = 2 + 6 + 15q = 8 + 15q.
·
Langkah V
:
Substitusikan x =
8 + 15q ke persamaan kongruensi ketiga yakni x = 2 (mod 7).
Sehingga
diperoleh,
8 + 15q =2 (mod
7)
q =1 (mod 7)
Berdasarkan
definisi,
q = 1 (mod 7)
q = 1 + 7r,
dengan r .Z.
·
Langkah VI
:
Substitusikan q =
1 + 7r ke persamaan x = 8 + 15q.
Sehingga
diperoleh, x = 8 + 15q = 8 + 15(1 + 7r) = 23 + 105r. x = 23 (mod 105).
Jadi, solusi unik
dari sistem kongruensi yang diberikan adalah x = 233 = 23 (mod 105).
Contoh 2
:
Tentukan
penyelesaian dari kongruensi linier 17x = 9 (mod 276).
Penyelesaian :
Karena 276 = 3 .
4 . 23, kongruensi linier 17x = 9 (mod 276) ekuivalen dengan sistem kongruensi
berikut :
17x =9 (mod 3)
atau x =0 (mod 3)
17x =9 (mod 4) x
=1 (mod 4)
17x =9 (mod 23)
17x =9 (mod 23)
Berikutnya, pilih
kongruensi linier yang paling sederhana yakni x = 0 (mod 3).
Selanjutnya, x =
0 (mod 3), maka berdasarkan definisi diperoleh x = 3k, k € Z.
Substitusikan x =
3k ke dalam kongruensi linier kedua yakni x = 1 (mod 4), sehingga diperoleh 3k
= 1 (mod 4).
Selanjutnya,
kalikan kedua ruas dengan 3 sehingga diperoleh 9k = k = 3 (mod 4).
Berdasarkan
definisi, maka k = 3 (mod 4). k = 3 + 4l, l € Z.
Substitusikan k =
3 + 4l ke persamaan x = 3k, sehingga x = 3k = 3(3 + 4l) = 9 + 12l.
Substitusikan x =
9 + 12l ke kongruensi linier ketiga yakni 17x = 9 (mod 23), sehingga diperoleh
:
17(9 + 12l) = 9
(mod 23).
204l = -144 (mod
23).
3l = 6 (mod 23).
l = 2 (mod 23).
Berdasarkan
definisi l = 2 (mod 23). l = 2 + 23m, m € Z.
Substitusikan l =
2 + 23m ke dalam persamaan x = 9 + 12l.
Sehingga
diperoleh :
x = 9 + 12(2 +
23m) = 33 + 276l.
x = 33 (mod 276)
jadi, solusi dari
17x = 9 (mod 276) adalah x = 33 (mod 276).
Dalil
: Jika m1, m2, m3, ... , mr Z+, dan (mi,mj)
= 1 untuk i j, maka kongruensi simultan :
x a1 (
mod m1)
x a2 (
mod m2)
x a3 (
mod m3)
.........................
.........................
x ar (
mod mr)
Mempunyai penyelesaian persekutuan yang
tunggal :
x ajbj
(mod [m1,m2,m3,...,mr]
Bukti :
Misal m = m1, m2, m3,
... , mr
Karena, (
j = 1,2,3, ... , r) adalah bilangan bulat yang tidak memuat mj,
serta (mi,mj) =1 untuk i j maka = 1.
Menurut dalil jika = 1, maka
kongruensi linear 1 (mod mj) mempunyai 1 selesaian. Karena masih memuat mi,
maka untuk i j
Berlaku 0 (mod mj).
Dengan memilih t = ajbj
, maka
t = + + ... + + ... +
Dalam modulo mi (i=1,2,3,..., r) t
dapat dinyatakan dengan
t ( + + ... + + ... + ) (mod mi)
t (mod mi)+(mod mi)+ ... + (mod mi)+
... +)(mod mi)
Karena 1 (mod mj)
dan untuk i j berlaku 0 (mod mj)
maka diperoleh : 0 (mod mi)
untuk i = 1,2,3,..., r.
Sehingga 0 (mod mi)
untuk i = 1,2,3,..., r.
Jadi, t 0 (mod mi)
+ 0 (mod mi) + ...+ ai (mod mi) + ... + 0 (mod
mi)
t ai (mod
mi).
Karena i = 1,2,3, ... , r maka
t a1 (mod
m1)
t a2 (mod
m2)
t a3 (mod
m3)
......................
t ar (mod
mr).
Hal ini berarti memenuhi semua kongruensi x ai
(mod mi). Dengan kata lain t merupakan selesaian persekutuan dari
semua kongruensi linear simultan tersebut.
Contoh :
1. Tentukan penyelesaian kongruensi simultan
linear berikut :
x 5 (mod 8)
x 3 (mod 7)
x 4 (mod 9)
Jawab :
Diketahui a1 = 5, a2 = 3, a3
= 4 dan m1 = 8, m2 = 7, m3 = 9.
Sehingga m = 8.7.9 = 504
(m1,m2) = 1, (m1,m3)
= 1, (m2,m3) = 1.
Jadi kongruensi linear simultan memenuhi syarat
untuk diselesaikan dengan teorema sisa China
1 (mod m1)
b1 1 (mod 8)
67 b1
1 (mod 8)
b1
7
Dengan cara yang sama diperoleh b2 = 4
dan b3 = 5
Jadi x = ajbj
x =
63.7.5 + 72.4.3 + 56.5.4
=
4186
x 4186 (mod
[8.7.9])
x 157 (mod 504)
2. Tentukan penyelesaian kongruensi
19x 1 (mod 140)
Jawab :
Karena 140 = 4.5.7 , maka kongruensi dapat
dipilah menjadi kongruensi simultan
yaitu
19x 1 (mod 4)
19x 1 (mod 5)
19x 1 (mod 7)
Selanjutnya dapat disederhanakan menjadi
X 3 (mod 4)
X 4 (mod 5)
X 3 (mod 7)
Dengan cara seperti contoh 1 di atas diperoleh
x = 899
x 899 (mod 140)
x 59 (mod 140)
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Teorema Sisa Cina (Chinese Remainder Theorem) sudah
ada sejak pertengahan abad pertama. Pada tahun 1809, ketika menganalisis batu yang disebut
Pallas, Carl Friedrich Gauss menemukan kembali metode Cina yang telah ada sejak
dulu yang dikenal dengan Teorema Sisa Cina. Pada abad ke-6, Teorema Sisa Cina telah digunakan dalam astronomi Cina
kuno untuk mengukur pergerakan planet. Matematikawan yang terkenal adalah Qin
Juishao.
Penerapan
teorema sisa cina dalam menyelesaikan sistem persamaan linier non homogen
dengan Algoritma Garner (Algoritma Garner bekerja dengan kongruen bilangan bulat modulo m.
Bahwasanya Algoritma Garner digunakan untuk menyelesaikan masalah sisa Cina
yang disajikan dalam teorema sisa Cina. Selanjutnya, algoritma Garner digunakan
untuk menyelesaikan Sistem Persamaan Linier. Adapun sistem persamaan limier
yang dimaksud adalah yang non homogen dengan konstanta bilangan bulat dan
mempunyai penyelesaian tunggal).
Bentuk asli dari teorema ini, seperti
terdapat dalam buku yang ditulis oleh ahli matematika dari Cina Qin Jiushao dan diterbitkan pada tahun 1247, adalah suatu pernyataan tentang kongruensi
simultan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar